Daftar Blog Saya

Rabu, 29 November 2023

My Journey

 

Banyak Saudara Warnai Hidup :)

        Jujur saja, punya banyak saudara adalah anugrah sekaligus tantangan. Aku, sebagai anak ketiga dari empat bersaudara merasakan hal semacam itu setiap hari. Aku belajar banyak hal dari saudaraku, mulai dari menulis, melukis, membaca, hingga mengenal nama-nama hewan dan tumbuhan.         Aku adalah gabungan dari mereka semua, tapi juga punya ciri dan keunikan sendiri hhhhh. Aku paling mirip dengan kakak laki-lakiku, dia penikmat alam, pecinta anime, dan menyukai olahraga. Dia adalah orang yang tempramental, egois, keras kepala, namun mandiri dan pekerja keras. Aku mengagumi prinsipnya yang teguh, yang membuatnya selalu berusaha mencapai apa yang dia inginkan. Aku mewarisi sebagian sifat-sifatnya, tapi juga mencoba mengembangkan diriku sendiri. Yang tidak ku dapati dalam diriku sebagaimana kakak laki-lakiku adalah sikap mandiri dan pekerja keras hhhh.

Foto Legend wkwk

        Berkebalikan dengan apa yang kudapat dari kakak laki-lakiku, sesuatu yang aku dapatkan dari kakak perempuanku adalah kreatifitas dan intelektualitas, seperti melukis, kerajinan tangan, menulis, dan membaca. Sedangkan hal yang aku dapat dari adek perempuanku hampir tidak ada hhhh, karena dialah yang mengikuti jejakku dan kakak-kakakku. Namun, kalau dipikir-pikir tidak ada sesuatu yang kuberikan kepadanya, sebab kebersamaan kami waktu kecil terbilang suram hhhh, kakaknya yang nakal ini sering menggagu dan menjahilinya huhuhu. Bahkan sampai sekarang :)
        Aku bersyukur punya saudara yang membentuk diriku menjadi seperti ini. Berprinsip seperti kakak laki-lakiku, kreatif seperti kakak perempuanku, dan sedikit humoris berkat kebersamaanku dengan adek perempuanku.
        Memang benar, memiliki banyak saudara membuat hidup lebih berwarna.

Senin, 20 November 2023

#Meng-Curhat

#Sampai Jumpa di Titik Bahagia Kita Masing-masing

Apakah pertemuan itu takdir??? Kalau iya, berarti perpisahan pun adalah takdir bukan??? Atau, semua itu hanyalah kebetulan???

Iya. Rangkaian itu adalah kebetulan ... Kebetulan yang ditakdirkan.

Dulu, di suatu waktu, aku dipertemukan dengan seseorang ..., lahir dalam labirin hatiku akan satu rasa ... Awalnya memang mengelak, tak ingin kuakui. Namun semakin aku mengelak, semakin aku bingung, apa yang sedang terjadi pada hatiku. Lama..., akhirnya pun terima, terima tuk mengakui bahwa..., aku sedang jatuh cinta.

Jatuh cinta memang biasa, seperti halnya cinta itu bisa terbalas, pun sebaliknya. Di samping itu, optimisme lahir dalam diriku, “Aku pasti diterima”. Namun prinsip yang telah tertanam dalam diriku mengatakan “Pacaran hanya akan menghantarkan pada kesengsaraan”. Dalam pikirku, pacaran pada dasarnya adalah putus. Dilema. Ingin kugunakan kesempatan ini. Namun takut bukan kesempatan, melainkan menyempatkan, yang pada akhirnya akan usai. Pikirku lagi, lebih baik tidak sama sekali, dan inilah yang terbaik.

Ahhh sial. Apa aku menyesal??? Satu sisi iya, pada awalnya. Namun kembali lagi, lebih baik tidak sama sekali, dan inilah yang terbaik. Aku tau kau menunggu, sampai pada akhirnya bosan lahir dengan perlahan, mungkin. Walau begitu, aku tetap dengan prinsipku dengan dalih “Menjaga”, aku sedang menjagamu. Apa kau paham??? Namun ya sudahlah. Sepi itu memang tidak enak, benarkan??? Silahkan cari penghibur lain dan sampai jumpa di titik bahagia kita masing-masing.

Kamis, 02 November 2023

My Journey

Awal Mula & Hobi Baru (1)



Kata orang, masa-masa remaja (SMA) adalah masa di mana kehidupan serasa sangat menyenangkan. Begitu banyak yang mengatakan, bahwa kenangan terindah yang nggak akan bisa terulang kembali adalah kenangan waktu duduk di bangku SMA. Aku tidak menyangkalnya, memang benar banyak kenangan-kenangan indah yang terukir di masa itu.

Para psikolog mengungkapkan bahwa, dunia remaja adalah dunia yang penuh dengan kelabilan, keingin tahuan yang tinggi, dan merasa dirinya dewasa, padahal yaa belum. Oleh karena itu gak heran banyak kasus anak-anak remaja yang mabuk-mabukan, balapan liar, pergaulan bebas, dan lain sebagainya. Hal itu adalah bentuk representasi dari keingintahuannya yang ingin mencoba berbagai hal. Namun gak semua anak-anak remaja gitu ya guys, contohnya orang yang menulis kisah dirinya di blog ini hhhh.

Aku di penghujung bangku sekolah

Aku Irpan, tapi kalian boleh manggil aku sesuka kalian, Ahmad Hadi Irpana adalah nama puanjaaangku hhh. Aku terlahir dari keluarga yang sederhana. Dari kesederhanaan itulah aku dididik dan dibesarkan menjadi lelaki yang yaa "sederhana, apa adanya" hhhiii. Kata orang, aku tipe yang ketika dengan orang dikenal begitu humoris, tapi ketika dengan orang yang gak dikenal bakal diam sediam diamnya hhh. Aku gak bakal bicara kalau gak diajak bicara duluan wkwk.

Kata teman-temanku pula, aku adalah orang yang pendiam, tidak enakan, dan tidak pedulian. Eeemm, sepakat sih. Aku tidak suka berbicara banyak dengan orang lain, apalagi dengan orang yang baru kukenal. Aku merasa tidak nyaman jika harus bersosialisasi atau berinteraksi dengan banyak orang. Aku lebih suka menyendiri dan menikmati kesendirianku. Asyeekk, lebih kek suram gak sih hhhh. Memang benar sih, aku suka akan kesunyian wkwk. Tapi sesekali bisa sih kumpul-kumpul sekadar mengerjakan tugas, basa basi dikit, saling tukar cerita tentang masa depan percintaan yang selalu saja kandas, yah sebatas itu hhh.

Aku juga tidak suka menyusahkan orang lain. Aku selalu berusaha untuk tidak merepotkan atau mengganggu siapa pun. Aku tidak mau menjadi beban bagi orang lain, apalagi bagi keluarga atau teman-temanku. Aku lebih memilih untuk menyelesaikan masalahku sendiri tanpa meminta bantuan atau saran dari orang lain. Aku juga tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitarku. Aku tidak tertarik dengan berita, gosip, atau hal-hal yang sedang populer. Aku tidak mengikuti tren, mode, atau gaya hidup yang sedang digemari oleh banyak orang. Aku lebih suka mengikuti kata hatiku dan melakukan apapun yang aku sukai.

Namun, aku bukanlah orang yang apatis atau antisosial yaaa. Aku masih memiliki teman-teman dekat yang bisa mengerti dan menerima aku apa adanya. Dengan mereka, aku bisa menjadi diriku sendiri tanpa harus berpura-pura atau menyesuaikan diri. Dengan mereka, aku bisa bercanda, tertawa, dan bersenang-senang tanpa harus khawatir atau takut.


Hasil ke-random-an hhh

Salah satu hal yang membuat aku bahagia adalah melukis. Aku suka melukis sejak kecil. Aku suka menggambar apa saja yang ada di pikiran atau imajinasiku. Aku suka menciptakan dunia sendiri dengan kuas dan cat. Melukis adalah cara aku mengekspresikan diri dan melampiaskan emosiku. Selain itu, baru-baru ini aku mulai menyukai kegiatan menulis. Aku merasa menulis adalah hal yang serupa dengan melukis. Hanya saja, alatnya bukan kuas dan cat, melainkan pena kertas atau laptop dan halaman word putih dengan segala kecanggihannya. Menulis juga adalah caraku mengekspresikan diri dan melampiaskan emosiku.


Nugas matkul tarekat dosen tercinta huhuhu

Aku mulai menulis karena terbiasa mengerjakan tugas-tugas kuliah yang amat kumat pekat dan banyak huhuhu. Tetapi, mungkin karena aku juga mengambil jurusan yang orientasinya adalah berpikir dan terus berpikir, yakni Filsafat (Aqidah dan Filsafat Islam). Orang yang terus berpikir akan terbentuk mata hatinya untuk menuangkan pikirannya, yakni dengan menulis, seperti halnya para filsuf-filsuf terdahulu yang memiliki banyak karya (Tulisan).

Aku mulai menulis tentang apa saja yang terlintas di benakku. Aku menulis tentang perasaan, harapan, mimpi, khayalan, pengalaman, kenangan, atau apapun yang membuatku tertarik dan penasaran. Aku menulis tanpa memikirkan apakah tulisanku bagus, benar, atau layak dibaca oleh orang lain. Yang penting nulis ajalah hhhh.

Aku menulis untuk diriku sendiri. Aku menulis karena aku suka menulis. Menulis adalah hobi baru yang membuatku bahagia. Oleh karena itu, blog ini mulai kurintis untuk mengekspresikan segala yang kurasakan. Kunamai “Arena Tulis”, pada awalnya terinspirasi dengan filsuf Prancis bernama Boudiue dengan konsep pemikirannya, yakni (Habitus x Modal) + Ranah/Arena = Praktis. Hhhh ngerti gak?. Di sana ada kata Ranah/Arena, dan aku mengambil kata arena, lalu kusandingkan dengan kata tulis, sesuai dengan tujuan dibuatnya blog ini, yakni untuk menampung tulisan-tulisan yang bakal aku buat, maka jadilah nama "Arena Tulis".

Okey, mungkin sampai sini aja kali ya, sampai jumpa ditulisan-tulisan aku berikutnya di label My Journey.

Pandangan

Atheis pun Sebenarnya Beragama: Sebuah Pandangan Alternatif

by: Ahmad Hadi Irpana


            Atheisme adalah pandangan yang tidak mempercayai adanya Tuhan, atau menolak keberadaan Tuhan. Atheisme sering kali dianggap sebagai lawan dari agama, yang merupakan sistem kepercayaan dan praktik yang berkaitan dengan hal-hal yang dianggap sakral, ilahi, atau transenden. Namun, apakah benar bahwa atheisme dan agama adalah dua hal yang saling bertolak belakang? Apakah benar bahwa atheis tidak memiliki agama sama sekali?

        Dalam tulisan ini, saya ingin mengajukan sebuah pandangan alternatif yang berbeda dari pandangan umum tentang atheisme dan agama. Saya ingin mengatakan bahwa atheis pun sebenarnya beragama, karena mereka memiliki unsur-unsur agama yang tidak disadari oleh mereka sendiri. Unsur-unsur agama tersebut antara lain adalah keyakinan, pemujaan, dan nilai-nilai.

          Pertama, atheis memiliki keyakinan akan ketiadaan Tuhan. Keyakinan ini adalah dasar dari pandangan atheis tentang dunia dan hidup. Keyakinan ini juga merupakan sumber dari sikap dan perilaku atheis dalam berinteraksi dengan orang lain. Keyakinan ini juga merupakan identitas dari atheis sebagai kelompok sosial yang memiliki pandangan yang sama. Keyakinan ini mirip dengan keyakinan agama yang menjadi landasan dari sistem kepercayaan dan praktik agama.

               Kedua, atheis memiliki pemujaan terhadap akal dan pikiran mereka. Pemujaan ini adalah cara dari atheis untuk menghormati dan mengagumi akal dan pikiran sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan dan kebenaran. Pemujaan ini juga merupakan cara dari atheis untuk mengekspresikan rasa syukur dan kagum terhadap akal dan pikiran sebagai anugerah yang dimiliki oleh manusia. Pemujaan ini juga merupakan cara dari atheis untuk menunjukkan loyalitas dan kesetiaan terhadap akal dan pikiran sebagai otoritas tertinggi dalam hidup mereka. Pemujaan ini mirip dengan pemujaan agama yang merupakan cara untuk menghormati dan mengagumi Tuhan sebagai sumber dari segala sesuatu.

               Ketiga, atheis memiliki nilai-nilai moral atau spiritual yang lain selain akal dan pikiran. Nilai-nilai ini adalah pedoman dari atheis untuk menjalani hidup dengan baik dan benar. Nilai-nilai ini juga merupakan tujuan dari atheis untuk mencapai kebahagiaan dan kedamaian dalam hidup. Nilai-nilai ini juga merupakan saksi dari atheis untuk membuktikan bahwa mereka adalah manusia yang baik dan bermartabat. Nilai-nilai ini mirip dengan nilai-nilai agama yang merupakan pedoman, tujuan, dan saksi dari pengikut agama.

             Dari ketiga unsur agama di atas, dapat disimpulkan bahwa atheis pun sebenarnya beragama, meskipun mereka tidak menyadarinya atau tidak mau mengakuinya. Atheis memiliki keyakinan, pemujaan, dan nilai-nilai yang menjadi ciri khas dari agama. Atheis beragama kepada ketiadaan Tuhan, akal, pikiran, dan nilai-nilai lainnya.

            Saya menyadari bahwa pandangan saya ini mungkin menimbulkan pro dan kontra di antara pembaca, terutama di antara atheis dan teis. Saya tidak bermaksud untuk menyerang atau merendahkan pandangan atheis atau teis, tetapi hanya ingin berbagi pandangan saya yang berbeda. Saya berharap pandangan saya ini dapat memberikan wawasan baru bagi pembaca tentang hubungan antara atheisme dan agama.

 

Referensi:

Pengertian Agama : Unsur-Unsur dan Manfaatnya. Diakses pada 2 November 2023, dari https://berdakwah.com/pengertian-agama/.

Pengertian Agama. Diakses pada 2 November 2023, dari https://belajargiat.id/agama/.

Selly Ernawati, “Agama dan Unsur-unsurnya”. Diakses pada 2 November 2023, dari https://www.kompasiana.com/sellyernawati/54f7652aa33311f8368b466f/agamadanunsurunsurnya.

“Mengenal Unsur-Unsur Agama dalam Ilmu Antropologi”. Diakses pada 2 November 2023 dari https://tirto.id/mengenal-unsur-unsur-agama-dalam-ilmu-antropologi-gaZq

Baggini, J., & Stangroom, J. (2016). Ateisme dan Agama: Perspektif Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

 

 

Rabu, 01 November 2023

Ilmu

Jadikan Hatimu Setipis Kulit Bawang

Write by Irpan

Ilustrasi Gambar

Hati adalah salah satu organ terpenting dalam tubuh manusia. Hati bukan hanya berfungsi untuk menyaring darah, menghasilkan empedu, dan menyimpan energi. Namun, hati juga memiliki makna lain dalam konteks kehidupan. Hati adalah tempat bersemayamnya perasaan, pikiran, dan jiwa. Hati adalah cerminan dari diri kita. Hati adalah penentu laku tindakan. Apabila hati bersih, maka bersihlah semua kepribadian manusia. Agar hati senantiasa bersih, hendaknya selalu mengingat Allah SWT, yakni dengan senantiasa berdzikir kepada Allah. Sebab, dengan dzikirlah hati kita menjadi tenang, dzikr adalah makanan qalb, dzikir adalah obat hati, dan dzikir adalah media agar hati dan pikiran senantiasa tersambung kepada Allah SWT.

Oleh karena itu, penting agar kita menjadikan hati kita selembut dan setipis mungkin, setipis kulit bawang, sehingga kita selalu ingat dengan Allah saat mendengar atau melihat kebaikan. Dengan demikian, kita akan mudah terharu, bersyukur, berdoa, dan berdzikir kepada-Nya. Kita juga akan mudah menangis karena takut kepada-Nya dan karena cinta kepada-Nya.

Salah satu kisah yang menginspirasi kita untuk menjadikan hati setipis kulit bawang adalah kisah Khalifah  Umar bin Khattab masuk Islam. Khalifah Umar bin Khattab adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang terkenal dengan keberanian, keadilan, dan kebijaksanaannya. Namun, sebelum masuk Islam, sang Khalifah (ke-2) adalah orang yang sangat membenci dan menentang Nabi Muhammad SAW. Umar bin Khattab pun berbalik arah menuju rumah adiknya. Di sana ia mendengar suara Khabbab bin al-Arat yang sedang membacakan surat Thaahaa dari sebuah lembaran kepada Fatimah dan suaminya. Umar bin Khattab pun marah dan memukul adiknya hingga berdarah. Melihat darah mengalir dari kepala adiknya, Umar bin Khattab merasa menyesal dan meminta lembaran tersebut untuk dibacakan. Setelah membaca lembaran tersebut, hati Umar bin Khattab pun tersentuh oleh keindahan dan kebenaran ayat-ayat Al-Qur’an. Ia pun menyadari bahwa Nabi Muhammad SAW bukanlah tukang syair atau tukang tenung, melainkan utusan Allah yang membawa risalah Islam. Ia pun memutuskan untuk masuk Islam dan menyatakan syahadat di hadapan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Dengan masuknya Umar bin Khattab ke dalam Islam, maka bertambahlah kekuatan dan semangat kaum Muslimin untuk menyebarkan agama Allah. Umar bin Khattab juga menjadi salah satu penolong dan penasihat Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan. Ia juga menjadi salah satu khalifah yang memimpin umat Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.

Kisah di atas sangat inspiratif, di mana seorang yang perkasa, tegas, pemberani, yang sebelum memeluk Islam, Umar adalah salah satu tokoh penentang ajaran Nabi Muhammad SAW. Namun, pada saat mendengar bacaan Al-Qur’an oleh adiknya, beliau tersentuh dan berniat untuk memeluk ajaran Islam. Bagaimana pun kerasnya tentangan Khalifah Umar terhadap ajaran yang dibawa Nabi Muhammad, tetap hatinya memiliki kelembutan. Dinding hatinya lenyap, hancur, terbuka layaknya kulit tipis bawang yang terkena goresan pisau.

Motivasi

Motivator Terulung Ada pada Diri Sendiri

Write: Irpan

Ilustrasi Gambar

        Dalam perjalanan hidup yang penuh dengan tantangan dan rintangan, seringkali kita mencari sumber motivasi di luar diri kita. Namun, sejatinya motivator terulung ada pada diri pribadi. Kekuatan untuk mendorong diri menuju impian dan tujuan sejati berasal dari dalam diri kita sendiri.

        Setiap individu memiliki potensi luar biasa yang kadang-kadang terlupakan atau terpendam. Motivator terulung itu adalah keinginan kuat untuk meraih keberhasilan, kegigihan untuk mengatasi hambatan, dan tekad untuk terus berkembang. Ketika kita belajar menggali sumber motivasi dalam diri sendiri, itulah saat kita merasakan kekuatan sejati.

        Sebagai motivator terulung bagi diri sendiri, kita mampu mengubah rintangan menjadi peluang, kegagalan menjadi pelajaran berharga, dan mimpi menjadi kenyataan. Kita menjadi pendorong utama dalam mewujudkan aspirasi dan mencapai tujuan hidup kita.

        Tentu, bukan berarti kita harus menutup diri dari inspirasi luar. Inspirasi dari orang lain, buku, atau pengalaman bisa memperkaya dan memperluas pemahaman kita. Namun, inti dari motivasi sejati tetap berada dalam diri pribadi.

        Selalu ingat bahwa Anda memiliki motivator terulung di dalam diri Anda. Ketika Anda menggali potensi dan kekuatan batin tersebut, Anda dapat mengatasi segala hal dan menjadi arsitek utama dalam membangun masa depan yang gemilang. Jadi, jadilah motivator terulung bagi diri pribadi Anda, dan biarkan semangat itu membimbing Anda menuju keberhasilan yang Anda impikan.

 


Puisi?

Malam dan Sunyi Gelap langit merayap lembut, Lembayung jingga mulai redup Ku rebah di pangkuan sunyi. Malam membisik lagu rahasia, meredam...