Atheis pun Sebenarnya Beragama: Sebuah Pandangan Alternatif
by: Ahmad Hadi Irpana
Atheisme adalah pandangan yang tidak mempercayai adanya Tuhan, atau menolak keberadaan Tuhan. Atheisme sering kali dianggap sebagai lawan dari agama, yang merupakan sistem kepercayaan dan praktik yang berkaitan dengan hal-hal yang dianggap sakral, ilahi, atau transenden. Namun, apakah benar bahwa atheisme dan agama adalah dua hal yang saling bertolak belakang? Apakah benar bahwa atheis tidak memiliki agama sama sekali?
Dalam tulisan ini, saya ingin mengajukan sebuah pandangan alternatif yang berbeda dari pandangan umum tentang atheisme dan agama. Saya ingin mengatakan bahwa atheis pun sebenarnya beragama, karena mereka memiliki unsur-unsur agama yang tidak disadari oleh mereka sendiri. Unsur-unsur agama tersebut antara lain adalah keyakinan, pemujaan, dan nilai-nilai.
Pertama,
atheis memiliki keyakinan akan ketiadaan Tuhan. Keyakinan ini adalah dasar dari
pandangan atheis tentang dunia dan hidup. Keyakinan ini juga merupakan sumber
dari sikap dan perilaku atheis dalam berinteraksi dengan orang lain. Keyakinan
ini juga merupakan identitas dari atheis sebagai kelompok sosial yang memiliki
pandangan yang sama. Keyakinan ini mirip dengan keyakinan agama yang menjadi
landasan dari sistem kepercayaan dan praktik agama.
Kedua,
atheis memiliki pemujaan terhadap akal dan pikiran mereka. Pemujaan ini adalah
cara dari atheis untuk menghormati dan mengagumi akal dan pikiran sebagai alat
untuk memperoleh pengetahuan dan kebenaran. Pemujaan ini juga merupakan cara
dari atheis untuk mengekspresikan rasa syukur dan kagum terhadap akal dan
pikiran sebagai anugerah yang dimiliki oleh manusia. Pemujaan ini juga
merupakan cara dari atheis untuk menunjukkan loyalitas dan kesetiaan terhadap
akal dan pikiran sebagai otoritas tertinggi dalam hidup mereka. Pemujaan ini
mirip dengan pemujaan agama yang merupakan cara untuk menghormati dan mengagumi
Tuhan sebagai sumber dari segala sesuatu.
Ketiga,
atheis memiliki nilai-nilai moral atau spiritual yang lain selain akal dan
pikiran. Nilai-nilai ini adalah pedoman dari atheis untuk menjalani hidup
dengan baik dan benar. Nilai-nilai ini juga merupakan tujuan dari atheis untuk
mencapai kebahagiaan dan kedamaian dalam hidup. Nilai-nilai ini juga merupakan
saksi dari atheis untuk membuktikan bahwa mereka adalah manusia yang baik dan
bermartabat. Nilai-nilai ini mirip dengan nilai-nilai agama yang merupakan
pedoman, tujuan, dan saksi dari pengikut agama.
Dari
ketiga unsur agama di atas, dapat disimpulkan bahwa atheis pun sebenarnya
beragama, meskipun mereka tidak menyadarinya atau tidak mau mengakuinya. Atheis
memiliki keyakinan, pemujaan, dan nilai-nilai yang menjadi ciri khas dari
agama. Atheis beragama kepada ketiadaan Tuhan, akal, pikiran, dan nilai-nilai
lainnya.
Saya
menyadari bahwa pandangan saya ini mungkin menimbulkan pro dan kontra di antara
pembaca, terutama di antara atheis dan teis. Saya tidak bermaksud untuk
menyerang atau merendahkan pandangan atheis atau teis, tetapi hanya ingin
berbagi pandangan saya yang berbeda. Saya berharap pandangan saya ini dapat
memberikan wawasan baru bagi pembaca tentang hubungan antara atheisme dan
agama.
Referensi:
“Pengertian
Agama : Unsur-Unsur dan Manfaatnya”.
Diakses pada 2 November 2023, dari https://berdakwah.com/pengertian-agama/.
“Pengertian Agama”. Diakses pada 2 November 2023, dari https://belajargiat.id/agama/.
Selly Ernawati, “Agama dan Unsur-unsurnya”. Diakses pada 2 November 2023, dari https://www.kompasiana.com/sellyernawati/54f7652aa33311f8368b466f/agamadanunsurunsurnya.
“Mengenal
Unsur-Unsur Agama dalam Ilmu Antropologi”. Diakses pada 2 November 2023 dari https://tirto.id/mengenal-unsur-unsur-agama-dalam-ilmu-antropologi-gaZq
Baggini, J., &
Stangroom, J. (2016). Ateisme dan Agama: Perspektif Filsafat. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar