Jadikan Hatimu Setipis Kulit Bawang
Hati adalah salah satu organ terpenting
dalam tubuh manusia. Hati bukan hanya berfungsi untuk menyaring darah,
menghasilkan empedu, dan menyimpan energi. Namun, hati juga memiliki makna lain
dalam konteks kehidupan. Hati adalah tempat bersemayamnya perasaan, pikiran,
dan jiwa. Hati adalah cerminan dari diri kita. Hati adalah penentu laku
tindakan. Apabila hati bersih, maka bersihlah semua kepribadian manusia. Agar hati
senantiasa bersih, hendaknya selalu mengingat Allah SWT, yakni dengan
senantiasa berdzikir kepada Allah. Sebab, dengan dzikirlah hati kita menjadi
tenang, dzikr adalah makanan qalb, dzikir adalah obat hati, dan dzikir
adalah media agar hati dan pikiran senantiasa tersambung kepada Allah SWT.
Oleh karena itu, penting agar kita
menjadikan hati kita selembut dan setipis mungkin, setipis kulit bawang, sehingga
kita selalu ingat dengan Allah saat mendengar atau melihat kebaikan. Dengan
demikian, kita akan mudah terharu, bersyukur, berdoa, dan berdzikir kepada-Nya.
Kita juga akan mudah menangis karena takut kepada-Nya dan karena cinta
kepada-Nya.
Salah satu kisah yang menginspirasi kita
untuk menjadikan hati setipis kulit bawang adalah kisah Khalifah Umar bin Khattab masuk Islam. Khalifah Umar
bin Khattab adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang terkenal dengan
keberanian, keadilan, dan kebijaksanaannya. Namun, sebelum masuk Islam, sang Khalifah
(ke-2) adalah orang yang sangat membenci dan menentang Nabi Muhammad SAW.
Umar bin Khattab pun berbalik arah menuju rumah adiknya. Di sana ia mendengar
suara Khabbab bin al-Arat yang sedang membacakan surat Thaahaa dari sebuah
lembaran kepada Fatimah dan suaminya. Umar bin Khattab pun marah dan memukul
adiknya hingga berdarah. Melihat darah mengalir dari kepala adiknya, Umar bin
Khattab merasa menyesal dan meminta lembaran tersebut untuk dibacakan. Setelah
membaca lembaran tersebut, hati Umar bin Khattab pun tersentuh oleh keindahan
dan kebenaran ayat-ayat Al-Qur’an. Ia pun menyadari bahwa Nabi Muhammad SAW
bukanlah tukang syair atau tukang tenung, melainkan utusan Allah yang membawa
risalah Islam. Ia pun memutuskan untuk masuk Islam dan menyatakan syahadat di
hadapan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Dengan masuknya Umar bin
Khattab ke dalam Islam, maka bertambahlah kekuatan dan semangat kaum Muslimin
untuk menyebarkan agama Allah. Umar bin Khattab juga menjadi salah satu
penolong dan penasihat Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi berbagai persoalan dan
tantangan. Ia juga menjadi salah satu khalifah yang memimpin umat Islam setelah
wafatnya Nabi Muhammad SAW.
Kisah di atas sangat inspiratif, di mana seorang yang perkasa, tegas, pemberani, yang sebelum memeluk Islam, Umar adalah salah satu tokoh penentang ajaran Nabi Muhammad SAW. Namun, pada saat mendengar bacaan Al-Qur’an oleh adiknya, beliau tersentuh dan berniat untuk memeluk ajaran Islam. Bagaimana pun kerasnya tentangan Khalifah Umar terhadap ajaran yang dibawa Nabi Muhammad, tetap hatinya memiliki kelembutan. Dinding hatinya lenyap, hancur, terbuka layaknya kulit tipis bawang yang terkena goresan pisau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar