Maulidur Rasul Tradisi atau Doktrin Agama: Mencintai Nabi Mengapa Tercela?
by: Ahmad Hadi Irpana
Sebelumnya
saya ucapkan selamat memperingati Maulid Rasul 1445 H bagi para pecinta dan
yang meyakininya. Bulan Rabi'ul Awal, bulan di mana lantunan sholawat
bergemuruh di seluruh Negeri yang mengidap penyakit rindu kepada
Rasulullah. Bulan di mana guyuran air mata para pecinta begitu derasnya,
sebab rindu yang begitu dalam kepada Sang Pujaan. Mengapa tidak, di bulan
inilah Rasulullah SAW dilahirkan, yakni pada tanggal 12 Rabi'ul Awal.
Maulid pada dasarnya adalah bentuk pengekspresian
para pecinta Rasulullah. Kata maulid diambil dari bahasa Arab yang artinya
tempat, hari atau waktu kelahiran. Dilangsir dari Islamkaffah.id, bahwa
maulid sebenarnya tidak pernah diajarkan Rasulullah kepada para sahabat untuk
memperingatinya. Maulid Nabi Muhammad SAW secara resmi diperkirakan bermula
pada abad ke-10 Masehi oleh Dinasti Fatimiyah, sebuah kerajaan Syiah Ismailiyah
yang menguasai Mesir dan sebagian Timur Tengah. Raja pertama yang mengadakan
perayaan Maulid Nabi adalah al-Muiz Li Dinillah, yang merupakan keturunan
langsung Nabi Muhammad SAW dari jalur Fatimah. Perayaan Maulid Nabi
dilaksanakan dengan cara mengundang para ulama, ahli tasawuf, ahli ilmu,
dan rakyat untuk berkumpul di istana dan mendengarkan kisah tentang kehidupan
dan ajaran Nabi Muhammad SAW. Selain itu, raja juga memberikan bantuan kepada
fakir miskin, anak yatim, dan tawanan perang. Maulid Nabi Muhammad SAW
mulai tersebar luas di dunia Islam setelah Dinasti Ayyubiyah mengambil alih
kekuasaan Dinasti Fatimiyah pada abad ke-12 Masehi. Salah satu penguasa
Ayyubiyah yang terkenal adalah Sultan Salahuddin al-Ayyubi, yang berhasil
mengalahkan pasukan salib dan menguasai kembali Yerusalem. Beliau merayakan
Maulid Nabi dengan menghias kota dengan lampu dan bendera, serta menggelar
pawai dan doa bersama.
Berangkat dari penjelasan di atas, banyak
kelompok-kelompok yang menolak, mengharamkan, bahkan mengkafir-kafirkan
kelompok yang merayakan peringatan maulid. Timbul sebuah pertanyaan, apakah
maulid Rasul itu tradisi atau doktrin agama? Menanggapi pertanyaan tersebut,
Prof Dr. Al-Habib Sa'id Agil Husin Al-Munawar saat menjadi pembicara pada
seminar nasional dalam rangka peringatan hari lahir Fakultas Ushuluddin dan
Humaniora UIN Antasari Banjarmasin ke-61 (2022), beliau mengatakan bahwa maulid
termasuk tradisi juga doktrin. Tradisi, karena memang tidak ada dalil yang
secara langsung menyebutkan perintah perayaan maulid. Meskipun begitu, para
ulama menyebutkan bahwa Nabi Muhammad pernah berpuasa saat datangnya hari
kelahiran beliau, hal ini menjadi representasi bahwa maulid sebenarnya adalah
bentuk lain untuk merayakan hari kelahiran Rasulullah. Selain itu, Abu Lahab
(paman Nabi Muhammad), pernah memerdekakan budaknya karena senang dan bahagia
ponakannya lahir ke dunia, meski pun selanjutnya beliau menjadi musuh yang
menghalang-halangi dakwah Nabi Muhammad SAW.
Dari kisah di atas, dapat
disimpulkan bahwa maulid Nabi Muhammad tidak bisa dikatakan haram secara
sepihak, karena pada dasarnya maulid merupakan bentuk lain dari perayaan
kelahiran Nabi Muhammad SAW. Meskipun sebuah tradisi, apakah tradisi yang membawa
kepada kebaikan dan cinta kepada Rasulullah dilarang? Padahal ada hadis yang
menyatakan bahwa "seseorang akan bersama dengan orang yang
dicintainya", karena itulah kita melaksanakan maulid. Kemudian, di satu
sisi yang lain, maulid merupakan doktrin agama. Doktrinnya adalah mengajak kita
untuk mengikuti akhlak dan budi pekerti Rasulullah, mengajak untuk mencintai,
dan mengingat Rasulullah SAW.
Ujaran lain timbul, bahwasanya kelompok yang
merayakan maulid terlalu berlebihan dalam mencintai Rasulullah, dari menangis
ringan sampai histeris. Menanggapi ujaran tersebut, berlebihan mana, seseorang
yang bersholawat sampai menangis ataukah bersholawat setiap detik, setiap waktu
dan setiap saat tanpa henti? Banyak hadits-hadits yang menyebutkan bahwa Allah
dan para Malaikat selalu (setiap saat dan setiap waktu) bersholawat kepada
Rasul-Nya. Allah berfirman dalam Q.S Al-Ahzab ayat 56:
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ
يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا
Artinya: Sesungguhnya
Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang
beriman! Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh
penghormatan kepadanya.
Ayat tersebut sudah sangat jelas
memerintahkan kita agar bersholawat kepada Nabi Muhammad, karena Allah dan para
Malaikat-Nya selalu bersholawat kepada Nabi Muhammad. Allah dan
Malaikat saja bersholawat, kok umatnya enggak? Bersholawat dalam perayaan
maulid adalah pengekspresian para pecinta dan para perindu baginda Nabi
Muhammad. Dalam syair terkenal disebutkan:
وَ
مَنْ كَانَ مِثْلِي مُعَنّى مُضَنّى
Sesiapa
sepertiku kan jadi tempat celaan
بِحُبِّ
النَّبِيِّ لمَا ذَا يُلا َمْ
Mencintai
Nabi kenapa tercela?
Manusia memang tidak lepas dari celaan
manusia lain, mencintai Nabi pun banyak yang mencela. Mencintai Nabi mengapa
dicela?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar