Daftar Blog Saya

Selasa, 03 Oktober 2023

Ranah Ilmu

Maulidur Rasul Tradisi atau Doktrin Agama: Mencintai Nabi Mengapa Tercela?

by: Ahmad Hadi Irpana


Sumber: Google Images

Sebelumnya saya ucapkan selamat memperingati Maulid Rasul 1445 H bagi para pecinta dan yang meyakininya. Bulan Rabi'ul Awal, bulan di mana lantunan sholawat bergemuruh di seluruh Negeri yang mengidap penyakit rindu kepada Rasulullah. Bulan di mana guyuran air mata para pecinta begitu derasnya, sebab rindu yang begitu dalam kepada Sang Pujaan. Mengapa tidak, di bulan inilah Rasulullah SAW dilahirkan, yakni pada tanggal 12 Rabi'ul Awal.

          Maulid pada dasarnya adalah bentuk pengekspresian para pecinta Rasulullah. Kata maulid diambil dari bahasa Arab yang artinya tempat, hari atau waktu kelahiran. Dilangsir dari Islamkaffah.id, bahwa maulid sebenarnya tidak pernah diajarkan Rasulullah kepada para sahabat untuk memperingatinya. Maulid Nabi Muhammad SAW secara resmi diperkirakan bermula pada abad ke-10 Masehi oleh Dinasti Fatimiyah, sebuah kerajaan Syiah Ismailiyah yang menguasai Mesir dan sebagian Timur Tengah. Raja pertama yang mengadakan perayaan Maulid Nabi adalah al-Muiz Li Dinillah, yang merupakan keturunan langsung Nabi Muhammad SAW dari jalur Fatimah. Perayaan Maulid Nabi dilaksanakan dengan cara mengundang para ulama, ahli tasawuf, ahli ilmu, dan rakyat untuk berkumpul di istana dan mendengarkan kisah tentang kehidupan dan ajaran Nabi Muhammad SAW. Selain itu, raja juga memberikan bantuan kepada fakir miskin, anak yatim, dan tawanan perang. Maulid Nabi Muhammad SAW mulai tersebar luas di dunia Islam setelah Dinasti Ayyubiyah mengambil alih kekuasaan Dinasti Fatimiyah pada abad ke-12 Masehi. Salah satu penguasa Ayyubiyah yang terkenal adalah Sultan Salahuddin al-Ayyubi, yang berhasil mengalahkan pasukan salib dan menguasai kembali Yerusalem. Beliau merayakan Maulid Nabi dengan menghias kota dengan lampu dan bendera, serta menggelar pawai dan doa bersama.

           Berangkat dari penjelasan di atas, banyak kelompok-kelompok yang menolak, mengharamkan, bahkan mengkafir-kafirkan kelompok yang merayakan peringatan maulid. Timbul sebuah pertanyaan, apakah maulid Rasul itu tradisi atau doktrin agama? Menanggapi pertanyaan tersebut, Prof Dr. Al-Habib Sa'id Agil Husin Al-Munawar saat menjadi pembicara pada seminar nasional dalam rangka peringatan hari lahir Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Antasari Banjarmasin ke-61 (2022), beliau mengatakan bahwa maulid termasuk tradisi juga doktrin. Tradisi, karena memang tidak ada dalil yang secara langsung menyebutkan perintah perayaan maulid. Meskipun begitu, para ulama menyebutkan bahwa Nabi Muhammad pernah berpuasa saat datangnya hari kelahiran beliau, hal ini menjadi representasi bahwa maulid sebenarnya adalah bentuk lain untuk merayakan hari kelahiran Rasulullah. Selain itu, Abu Lahab (paman Nabi Muhammad), pernah memerdekakan budaknya karena senang dan bahagia ponakannya lahir ke dunia, meski pun selanjutnya beliau menjadi musuh yang menghalang-halangi dakwah Nabi Muhammad SAW.

           Dari kisah di atas, dapat disimpulkan bahwa maulid Nabi Muhammad tidak bisa dikatakan haram secara sepihak, karena pada dasarnya maulid merupakan bentuk lain dari perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Meskipun sebuah tradisi, apakah tradisi yang membawa kepada kebaikan dan cinta kepada Rasulullah dilarang? Padahal ada hadis yang menyatakan bahwa "seseorang akan bersama dengan orang yang dicintainya", karena itulah kita melaksanakan maulid. Kemudian, di satu sisi yang lain, maulid merupakan doktrin agama. Doktrinnya adalah mengajak kita untuk mengikuti akhlak dan budi pekerti Rasulullah, mengajak untuk mencintai, dan mengingat Rasulullah SAW.

         Ujaran lain timbul, bahwasanya kelompok yang merayakan maulid terlalu berlebihan dalam mencintai Rasulullah, dari menangis ringan sampai histeris. Menanggapi ujaran tersebut, berlebihan mana, seseorang yang bersholawat sampai menangis ataukah bersholawat setiap detik, setiap waktu dan setiap saat tanpa henti? Banyak hadits-hadits yang menyebutkan bahwa Allah dan para Malaikat selalu (setiap saat dan setiap waktu) bersholawat kepada Rasul-Nya. Allah berfirman dalam Q.S Al-Ahzab ayat 56:

                                اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

Artinya: Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.

            Ayat tersebut sudah sangat jelas memerintahkan kita agar bersholawat kepada Nabi Muhammad, karena Allah dan para Malaikat-Nya selalu bersholawat kepada Nabi Muhammad. Allah dan Malaikat saja bersholawat, kok umatnya enggak? Bersholawat dalam perayaan maulid adalah pengekspresian para pecinta dan para perindu baginda Nabi Muhammad. Dalam syair terkenal disebutkan:

وَ مَنْ كَانَ مِثْلِي مُعَنّى مُضَنّى 

Sesiapa sepertiku kan jadi tempat celaan

بِحُبِّ النَّبِيِّ لمَا ذَا يُلا َمْ‎

Mencintai Nabi kenapa tercela? 

            Manusia memang tidak lepas dari celaan manusia lain, mencintai Nabi pun banyak yang mencela. Mencintai Nabi mengapa dicela? 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puisi?

Malam dan Sunyi Gelap langit merayap lembut, Lembayung jingga mulai redup Ku rebah di pangkuan sunyi. Malam membisik lagu rahasia, meredam...